Objek wisata Gua Jatijajar kami kunjungi secara tidak sengaja dalam perjalanan pulang dari Bali menuju Bandung melalui jalur darat sekitar tahun 2006.
Sebagai orang-orang yang senang berwisata jiwa kami langsung terpanggil untuk menelusuri setiap penunjuk objek wisata di sepanjang jalan. Tidak kecuali ketika melintasi wilayah Kebumen.
Sebagai objek wisata andalan, Gua Jatijajar memiliki daya tarik luar biasa bagi calon wisatawan baik domestik maupun mancanegara dan untuk wilayah Kebumen, objek wisata ini paling banyak dikunjungi oleh wisatawan. Para pemandu di sekitar gua langsung menghampiri kami begitu kami menginjakkan kaki di mulut gua. Mereka menceritakan setiap detail lokasi yang kami lalui. Dari mereka kami mengetahui bahwa Gua Jatijajar ditemukan sejak tahun 1802 oleh seorang petani bernama ”Jayamenawi” sebagai pemilik tanah di atas Gua tersebut. Sudah cukup tua juga ya.. Dan tentu kami tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk membawa Gua Jatijajar ke forum Simposium Kebudayaan Indonesia-Malaysia yang diselenggarakan Unpad-UKM di Selangor Malaysia pada tahun 2007, dengan membawa tulisan berjudul Model Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Objek Wisata Gua Jatijajar Pasir Luhur Kebumen Indonesia.
Berikut ini yang dapat kami bagi bersama Anda tentang Objek Wisata Gua Jatijajar.
Gua Jatijajar adalah Gua alam yang terbentuk dari batu kapur. Panjang gua sekitar 250 m dengan lebar rata-rata 25 m dan ketinggian 15 m. Mulut Gua yang tinggi dan lebar ini menyingkapkan lapisan batu gamping pejal yang kompak dan keras. Pada dinding masuk sebelah kanan tersingkap sisa endapan sedimen gua yang banyak mengandung fosil moluska. Beberapa spesies grastropoda dan pelecypoda terawetkan pada lapisan lempung pasiran berwarna coklat tua. Beberapa meter dari pintu masuk gua, tersingkap sedimen pada sebuah sisa kanopi tua. Kanopi di dalam gua ini menunjukkan sisa keaktifan sungai bawah tanah beberapa ratus ribu tahun yang lalu. Sungai bawah tanah yang masih aktif di dalam gua tersingkap melalui beberapa lubang yang terletak antara 1-3 meter di bawah lorong fosil utama. Ada tujuh sungai / sendang diketahui berada di dalam Gua Jatijajar. Dari ketujuh gua yang ada ini, 4 gua yang airnya dipercaya berkhasiat untuk mencapai tujuan tertentu dan dibuka untuk umum yaitu :
1. Sendang Kantil.
Di dasar Sendang Kantil terdapat sifon yang dapat ditelusuri dengan metoda penyelaman (cave diving). Air dari sendang ini apabila dipakai untuk mandi atau mencuci muka dipercaya akan dapat mempermudah mencapai cita-cita/tujuan.
2. Sendang Mawar.
Air dari sendang ini apabila dipakai untuk mandi atau mencuci muka dipercaya berkhasiat bisa awet muda.
Sendang Kantil dan Mawar telah dibangun sehingga mudah dijangkau.
3. Sendang Jombor
Sendang Jombor dihuni oleh seekor pelus sepanjang 1 m dan dikeramatkan sehingga untuk memasukinya harus mendapat ijin terlebih dahulu dari pengelola Gua.
4. Sendang Puserbumi
Sendang Puserbumi merupakan sebuah sumuran tegak bergaris tengah sekitar 50 cm. Alirannya langsung ke luar ke permukaan di luar gua. Sebagaimana Sendang Jombor, Sendang Puserbumi juga sangat dikeramatkan dan dijadikan tempat berziarah dengan menaruh sesaji untuk memohon keinginannya. Untuk memasuki sendang ini juga harus mendapat ijin terlebih dahulu dari pengelola Gua.
Sendang Jombor dan Puserbumi masih alami, belum dibangun sehingga masih gelap, belum ada penerangan dan jalannya licin.
Adanya kepercayaan masyarakat akan khasiat dari sungai-sungai yang ada di dalam gua ini merupakan daya tarik bagi calon wisatawan untuk mengunjungi Gua Jatijajar.
1. Sendang Kantil.
Di dasar Sendang Kantil terdapat sifon yang dapat ditelusuri dengan metoda penyelaman (cave diving). Air dari sendang ini apabila dipakai untuk mandi atau mencuci muka dipercaya akan dapat mempermudah mencapai cita-cita/tujuan.
2. Sendang Mawar.
Air dari sendang ini apabila dipakai untuk mandi atau mencuci muka dipercaya berkhasiat bisa awet muda.
Sendang Kantil dan Mawar telah dibangun sehingga mudah dijangkau.
3. Sendang Jombor
Sendang Jombor dihuni oleh seekor pelus sepanjang 1 m dan dikeramatkan sehingga untuk memasukinya harus mendapat ijin terlebih dahulu dari pengelola Gua.
4. Sendang Puserbumi
Sendang Puserbumi merupakan sebuah sumuran tegak bergaris tengah sekitar 50 cm. Alirannya langsung ke luar ke permukaan di luar gua. Sebagaimana Sendang Jombor, Sendang Puserbumi juga sangat dikeramatkan dan dijadikan tempat berziarah dengan menaruh sesaji untuk memohon keinginannya. Untuk memasuki sendang ini juga harus mendapat ijin terlebih dahulu dari pengelola Gua.
Sendang Jombor dan Puserbumi masih alami, belum dibangun sehingga masih gelap, belum ada penerangan dan jalannya licin.
Adanya kepercayaan masyarakat akan khasiat dari sungai-sungai yang ada di dalam gua ini merupakan daya tarik bagi calon wisatawan untuk mengunjungi Gua Jatijajar.
Sebagai simbol Objek Wisata Gua Jatijajar di muka gua telah dibuat patung binatang purba Dinosaurus. Dari mulut patung ini keluar air dari Sendang Mawar dan Sendang Kantil yang dimanfaatkan oleh penduduk sebagai sumber pengairan sawah desa Jatijajar dan sekitarnya. Masyarakat percaya bahwa air tersebut mempunyai khasiat dapat menyuburkan tanah sawah yang mereka tanami, sehingga air dari dalam gua ini dimanfaatkan untuk pengairan pesawahan.
Selain itu sejak Gua Jatijajar dibangun, telah ditambah pemasangan patung-patung atau Deorama yang mengisahkan legenda ”Raden Kamandaka – Lutung Kasarung” yang pernah bertapa di dalam Gua Jatijajar. Pemasangan deorama di dalam gua ini menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan
Atraksi Wisata
Kesenian daerah yang berkembang di sekitar wilayah Gua Jatijajar diantaranya adalah Kuda Lumping, Tari Lawet, Wayang Kulit dan Seni Calung.
Kesenian daerah yang berkembang di sekitar wilayah Gua Jatijajar diantaranya adalah Kuda Lumping, Tari Lawet, Wayang Kulit dan Seni Calung.
Potensi Wisata Pendukung
Unsur wisata pendukung yang digali dari adat, tradisi dan kebudayaan yang berkembang di masyarakat Kebumen, diantaranya adalah :
- Upacara ritual pengambilan sarang burung walet di tengah Karangbolong.
- Benteng pertahanan Jepang.
- Industri keramik Jatisari, pembuatan genteng dan batubata di Sokka.
- Industri anyaman pandan di Grenggeng.
- Makanan dan minuman khas daerah (tempe, mendoan, sate ambal, nira).
- Festival layang-layang internasional yang diselenggarakan secara rutin.
- Wisatawan yang melakukan perjalanan geowisata ke daerah Kebumen dapat memanfaatkan objek-objek tersebut sebagai acara tambahan.
Unsur wisata pendukung yang digali dari adat, tradisi dan kebudayaan yang berkembang di masyarakat Kebumen, diantaranya adalah :
- Upacara ritual pengambilan sarang burung walet di tengah Karangbolong.
- Benteng pertahanan Jepang.
- Industri keramik Jatisari, pembuatan genteng dan batubata di Sokka.
- Industri anyaman pandan di Grenggeng.
- Makanan dan minuman khas daerah (tempe, mendoan, sate ambal, nira).
- Festival layang-layang internasional yang diselenggarakan secara rutin.
- Wisatawan yang melakukan perjalanan geowisata ke daerah Kebumen dapat memanfaatkan objek-objek tersebut sebagai acara tambahan.
Potensi dan Kegiatan Produktif Masyarakat Sekitar Objek Wisata Gua Jatijajar
Keberadaan Objek Wisata Gua Jatijajar berimbas pada berkembangnya kegiatan produktif masyarakat di sekitarnya, karena terbukanya peluang usaha dalam bidang :
- Perdagangan, dengan berdirinya kios-kios di dalam objek wisata Gua Jatijajar
- Kerajinan/cendera mata, seperti anyaman pandan, batik tulis, keramik tanah liat dan batu aji
- Makanan khas, seperti Sate ayam ambal, Nasi Penggel, Soto petahanan, Lanting, Emping, Gula Jawa, Jenang.
- Akomodasi/penginapan
- Pramuwisata/pemandu.
- Usaha jasa foto
Keberadaan Objek Wisata Gua Jatijajar berimbas pada berkembangnya kegiatan produktif masyarakat di sekitarnya, karena terbukanya peluang usaha dalam bidang :
- Perdagangan, dengan berdirinya kios-kios di dalam objek wisata Gua Jatijajar
- Kerajinan/cendera mata, seperti anyaman pandan, batik tulis, keramik tanah liat dan batu aji
- Makanan khas, seperti Sate ayam ambal, Nasi Penggel, Soto petahanan, Lanting, Emping, Gula Jawa, Jenang.
- Akomodasi/penginapan
- Pramuwisata/pemandu.
- Usaha jasa foto
Problematika Sosial Budaya Masyarakat Sekitar Gua Jatijajar
Pengembangan objek wisata tidak terlepas dari beberapa kelemahan. Adapun kelemahan yang diidentifikasi oleh Dinas Pariwisata Seni dan Budaya
- Kurang profesionalnya aparatur dalam melaksanakan tugas pelayanan
- Terbatasnya jumlah karyawan/petugas yang memahami bidang kepariwisataan dan melaksanakan pelayanan/pemandu di lokasi objek wisata.
- Kurangnya kegiatan dan sarana promosi wisata.
- Kurangnya kualitas objek wisata dan budaya agar layak jual.
- Kurangnya pemahaman sadar wisata masyarakat.
- Rendahnya sosial ekonomi masyarakat.
Adapun problematika sosial yang muncul karena keberadaan Objek Wisata Gua Jatijajar ini adalah :
- Banyaknya bisnis WC umum yang tidak mempunyai septikteng menyebabkan air sungai keruh.
- Budaya yang dibawa wisatawan mempengaruhi perilaku penduduk. Penduduk, khususnya remaja suka mengikuti pola hidup para wisatawan. Meniru cara berpakaian, cara makan, cara hidup yang tidak sesuai dengan budaya
- Banyak wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah sering dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak pantas seperti pemerasan yang menyebabkan citra wisata yang buruk.
- Kurangnya pemberdayaan aparatur desa.
- Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap aset budaya memunculkan perilaku pengrusakan lingkungan baik karena pembangunan prasarana dan sarana wisata, maupun karena ulah pengunjung atau tangan-tangan jahil
- Pengelolaan Gua Jatijajar oleh pihak Dinas Pariwisata Daerah Kebumen, menimbulkan ketidakpuasan pagi pemerintah desa setempat yang merasa keberadaan Objek Wisata tidak memberikan kontribusi riil selain hanya peluang usaha semata. Pemda dianggap tidak memberikan kesempatan pada masyarakat untuk turut mengembangkan objek wisata. Hal ini menimbulkan sikap apatis pemerintah desa terhadap perrkembangan objek wisata tersebut.
Pengembangan objek wisata tidak terlepas dari beberapa kelemahan. Adapun kelemahan yang diidentifikasi oleh Dinas Pariwisata Seni dan Budaya
- Kurang profesionalnya aparatur dalam melaksanakan tugas pelayanan
- Terbatasnya jumlah karyawan/petugas yang memahami bidang kepariwisataan dan melaksanakan pelayanan/pemandu di lokasi objek wisata.
- Kurangnya kegiatan dan sarana promosi wisata.
- Kurangnya kualitas objek wisata dan budaya agar layak jual.
- Kurangnya pemahaman sadar wisata masyarakat.
- Rendahnya sosial ekonomi masyarakat.
Adapun problematika sosial yang muncul karena keberadaan Objek Wisata Gua Jatijajar ini adalah :
- Banyaknya bisnis WC umum yang tidak mempunyai septikteng menyebabkan air sungai keruh.
- Budaya yang dibawa wisatawan mempengaruhi perilaku penduduk. Penduduk, khususnya remaja suka mengikuti pola hidup para wisatawan. Meniru cara berpakaian, cara makan, cara hidup yang tidak sesuai dengan budaya
- Banyak wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah sering dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak pantas seperti pemerasan yang menyebabkan citra wisata yang buruk.
- Kurangnya pemberdayaan aparatur desa.
- Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap aset budaya memunculkan perilaku pengrusakan lingkungan baik karena pembangunan prasarana dan sarana wisata, maupun karena ulah pengunjung atau tangan-tangan jahil
- Pengelolaan Gua Jatijajar oleh pihak Dinas Pariwisata Daerah Kebumen, menimbulkan ketidakpuasan pagi pemerintah desa setempat yang merasa keberadaan Objek Wisata tidak memberikan kontribusi riil selain hanya peluang usaha semata. Pemda dianggap tidak memberikan kesempatan pada masyarakat untuk turut mengembangkan objek wisata. Hal ini menimbulkan sikap apatis pemerintah desa terhadap perrkembangan objek wisata tersebut.
Model Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Objek Wisata Gua Jatijajar
Pembangunan pariwisata sebagai sektor andalan dan unggulan berkaitan dengan peranan dari berbagai pihak. Pemberdayaan masyarakat menjadi kunci utama kesuksesan pelaksanaan program pembangunan dan pengembangan potensi pariwisata. Dalam rangka pemberdayaan ini dibutuhkan model-model pemberdayaan yang sesuai dengan karakteristik masyarakat sekitar lokasi pariwisata, dalam hal ini adalah masyarakat di sekitar Goa Jatijajar. Berikut ini beberapa model pemberdayaan masyarakat yang dapat dikembangkan di sekitar wilayah Goa Jatijajar :
Pembangunan pariwisata sebagai sektor andalan dan unggulan berkaitan dengan peranan dari berbagai pihak. Pemberdayaan masyarakat menjadi kunci utama kesuksesan pelaksanaan program pembangunan dan pengembangan potensi pariwisata. Dalam rangka pemberdayaan ini dibutuhkan model-model pemberdayaan yang sesuai dengan karakteristik masyarakat sekitar lokasi pariwisata, dalam hal ini adalah masyarakat di sekitar Goa Jatijajar. Berikut ini beberapa model pemberdayaan masyarakat yang dapat dikembangkan di sekitar wilayah Goa Jatijajar :
1. Model Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Sistem Pengetahuan
Masyarakat di sekitar Goa Jatijajar memiliki pengetahuan tentang sejarah Goa Jatijajar yang dikaitkan dengan folklor Satria Kamandaka dan potensi alam di sekitar Goa. Pengetahuan in didapat sejak kecil secara turun temurun dari generasi ke generasi.
Dengan pengetahuan ini, masyarakat sekitar dapat menyebarluaskan pengetahuannya kepada wisatawan dan calon wisatawan. Pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat tersebut, memunculkan bermacam-macam motif yang mengarahkan pada perilaku sebagai berikut :
- Pada masyarakat petani, menjadikan air yang bersumber dari sendang yang terdapat di dalam Gua Jatijajar sebagai sumber pengairan untuk sawah-sawah di sekitar Gua.
- Pada masyarakat pedagang, potensi wisata tersebut membuka peluang usaha di berbagai sektor, seperti kerajinan, makanan khas, rumah makan dan lainnya;
- Bagi pemerintah sendiri, pengetahuan tentang potensi yang terdapat pada kawasan Gua Jatijajar mendorong kebijakan dalam alih kelola Objek Wisata Gua Jatijajar yang sebelumnya dikelola oleh masyarakat secara konvensional. Pengelolaan yang diawali dengan pemugaran Gua Jatijajar disebabkan atas potensi wilayah tersebut sebagai daerah tujuan wisata yang mampu menjadi salah satu penghasil devisa, guna meningkatkan pendapatan daerah, mendorong pertumbuhan ekonomi, memperluas lapangan kerja dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan tetap melestarikan alam dan memelihara nilai-nilai budaya.
2. Model Pemberdayaan Berbasis Sistem Kepercayaan
Biasanya di lingkungan di daerah yang terdapat gua, terdapat suatu masyarakat yang memiliki kepercayaan. Pengetahuan yang yang berasal dari leluhur dan dipahami secara turun temurun dari generasi ke generasi mengenai keberadaan gua telah mengkristal dalam keyakinan budaya. Keyakinan tersebut pada akhirnya menimbulkan kepercayaan yang sangat melekat di kalangan masyarakat bahwa Gua Jatijajar mempunyai kekuatan magis, karena gua biasanya menggambarkan keadaan yang bersifat magis, sakral dan angker. Legenda gua, Khasiat Sendang yang airnya memiliki kekuatan magis tertentu (seperti membuat awet muda, menyuburkan tanaman). Adanya sistem kepercayaam tersebut, mengkaitkan kekuatan potensi gua sebagai media ritual (untuk mendapat berkah, wangsit, dengan tujuan yang bermacam-macam) dengan cara bertapa, memberi sesajen, tirakat maupun acara-acara yang bersifat ritual.
3. Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Potensi lokal Gua Jatijajar telah berkembang menjadi potensi wisata yang mengakibatkan peningkatan arus wisatawan baik mancanegara maupun nusantara ke kawasan wisata Gua Jatijajar, tentu saja menuntut bermacam-macam pelayanan dan fasilitas yang semakin meningkat jumlah dan ragamnya. Hal ini memberi manfaat ekonomi bagi penduduk, pengusaha maupun pemerintah setempat, seperti :
Kesempatan berusaha, baik usaha yang langsung untuk memenuhi kebutuhan wisatawan maupun yang tidak langsung. Lapangan usaha langsung meliputi usaha akomodasi (hotel, homestay, penginapan), restoran/rumah makan, biro perjalanan, toko souvenir, sanggar-sanggar kerajinan dan kesenian, pramuwisata dsb.
Lapangan usaha tidak langsung, seperti : pertanian, perikanan, peternakan, perindustrian dan kerajinan dan lainnya.
Terbukanya lapangan kerja. Luasnya kesempatan dalam usaha berarti akan membuka lapangan kerja, baik lapangan kerja di berbagai usaha yang langsung memenuhi kebutuhan wisatawan maupun tidak langsung.
Meningkatnya pendapatan masyarakat dan pemerintah
Mendorong pembangunan daerah. Berkembangnya kepariwisataan di daerah mendorong pemerintah daerah dan masyarakat mempersiapkan dan membangun prasarana yang diperlukan seperti : pembangunan dan perbaikan jalan, instalasi air dan listrik, pembenahan obyek dan daya tarik wisata,perbaikan lingkungan, pengkondisian masyarakat dan sebagainya.
Masyarakat di sekitar Goa Jatijajar memiliki pengetahuan tentang sejarah Goa Jatijajar yang dikaitkan dengan folklor Satria Kamandaka dan potensi alam di sekitar Goa. Pengetahuan in didapat sejak kecil secara turun temurun dari generasi ke generasi.
Dengan pengetahuan ini, masyarakat sekitar dapat menyebarluaskan pengetahuannya kepada wisatawan dan calon wisatawan. Pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat tersebut, memunculkan bermacam-macam motif yang mengarahkan pada perilaku sebagai berikut :
- Pada masyarakat petani, menjadikan air yang bersumber dari sendang yang terdapat di dalam Gua Jatijajar sebagai sumber pengairan untuk sawah-sawah di sekitar Gua.
- Pada masyarakat pedagang, potensi wisata tersebut membuka peluang usaha di berbagai sektor, seperti kerajinan, makanan khas, rumah makan dan lainnya;
- Bagi pemerintah sendiri, pengetahuan tentang potensi yang terdapat pada kawasan Gua Jatijajar mendorong kebijakan dalam alih kelola Objek Wisata Gua Jatijajar yang sebelumnya dikelola oleh masyarakat secara konvensional. Pengelolaan yang diawali dengan pemugaran Gua Jatijajar disebabkan atas potensi wilayah tersebut sebagai daerah tujuan wisata yang mampu menjadi salah satu penghasil devisa, guna meningkatkan pendapatan daerah, mendorong pertumbuhan ekonomi, memperluas lapangan kerja dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan tetap melestarikan alam dan memelihara nilai-nilai budaya.
2. Model Pemberdayaan Berbasis Sistem Kepercayaan
Biasanya di lingkungan di daerah yang terdapat gua, terdapat suatu masyarakat yang memiliki kepercayaan. Pengetahuan yang yang berasal dari leluhur dan dipahami secara turun temurun dari generasi ke generasi mengenai keberadaan gua telah mengkristal dalam keyakinan budaya. Keyakinan tersebut pada akhirnya menimbulkan kepercayaan yang sangat melekat di kalangan masyarakat bahwa Gua Jatijajar mempunyai kekuatan magis, karena gua biasanya menggambarkan keadaan yang bersifat magis, sakral dan angker. Legenda gua, Khasiat Sendang yang airnya memiliki kekuatan magis tertentu (seperti membuat awet muda, menyuburkan tanaman). Adanya sistem kepercayaam tersebut, mengkaitkan kekuatan potensi gua sebagai media ritual (untuk mendapat berkah, wangsit, dengan tujuan yang bermacam-macam) dengan cara bertapa, memberi sesajen, tirakat maupun acara-acara yang bersifat ritual.
3. Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Potensi lokal Gua Jatijajar telah berkembang menjadi potensi wisata yang mengakibatkan peningkatan arus wisatawan baik mancanegara maupun nusantara ke kawasan wisata Gua Jatijajar, tentu saja menuntut bermacam-macam pelayanan dan fasilitas yang semakin meningkat jumlah dan ragamnya. Hal ini memberi manfaat ekonomi bagi penduduk, pengusaha maupun pemerintah setempat, seperti :
Kesempatan berusaha, baik usaha yang langsung untuk memenuhi kebutuhan wisatawan maupun yang tidak langsung. Lapangan usaha langsung meliputi usaha akomodasi (hotel, homestay, penginapan), restoran/rumah makan, biro perjalanan, toko souvenir, sanggar-sanggar kerajinan dan kesenian, pramuwisata dsb.
Lapangan usaha tidak langsung, seperti : pertanian, perikanan, peternakan, perindustrian dan kerajinan dan lainnya.
Terbukanya lapangan kerja. Luasnya kesempatan dalam usaha berarti akan membuka lapangan kerja, baik lapangan kerja di berbagai usaha yang langsung memenuhi kebutuhan wisatawan maupun tidak langsung.
Meningkatnya pendapatan masyarakat dan pemerintah
Mendorong pembangunan daerah. Berkembangnya kepariwisataan di daerah mendorong pemerintah daerah dan masyarakat mempersiapkan dan membangun prasarana yang diperlukan seperti : pembangunan dan perbaikan jalan, instalasi air dan listrik, pembenahan obyek dan daya tarik wisata,perbaikan lingkungan, pengkondisian masyarakat dan sebagainya.
Sebenarnya di sekiar Gua Jatijajar masih banyak gua-gua lainnya yang dapat dijadikan objek wisata, sehingga Kebumen semestinya dapat mengembangkan Objek Wisata Gua. (Nuning & Lilis)
6 comments:
udah lama gak ke jatijajar..
pengen kesana sekalian berkunjung ke pantai ayah
Teh Ning Perkenalkan. saya salah satu warga desa jatijajar. Mohon izin untuk copy artikel guna bahan kelengkapan penyusunan proposal ke Kabupaten kaitannya dengan "permohonan bagi pendapatan dari OBWIS ke Desa".
Nanti saya akan kirim hasil akhirnya untuk teh Ning via email.
Terimakasih.
Silahkan. Artikel lengkap dapat dilihat melalui pustakaunpad dengan keyword public empowerment atau melalui www.academia.edu/nuningkurniasih atau googling. Salam.
ijin copas...teh
Boleh, asal dicantumkan sumbernya dari blog ini ya... Thanks :)
Post a Comment